Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 September 2011

Tunda Kehamilan, Bisa Simpan Indung Telur Pertama di Indonesia, Dapat Dilayani di RSCM


Saat ini upaya mempertahankan fungsi reproduksi perempuan menjadi masalah penting bagi setiap perempuan, khususnya penderita kanker yang mendapatkan pengobatan kemoterapi atau radiasi karena efeknya yang dapat merusak ovarium.

Tercatat bahwa di antara perempuan umur reproduksi yang mendapatkan sitostatiska (kegagalan ovarium dini) mencapai 68%, sedangkan kejadian infertilitas mencapai 50%-95%, demikian menurut dr. Budi Wiweko, SpOG (K), Manajer Unit Pelaksana  dan Pemasaran INA Repromed saat temu media di Klinik Yasmin RSCM, Selasa (20/9).

Upaya mempertahankan fungsi reproduksi perempuan dapat dilakukan dengan metode simpan beku embrio, oosit atau ovarium, dengan tujuan akan digunakan di masa datang.

Fasilitas penyimpanan indung telur di Indonesia bisa ditemui di Klinik Yasmin Kencana, klinik kesuburan milik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dengan biaya diperkirakan Rp 1-2 juta per tahun.

Simpan beku ovarium di Klinik Yasmin Kencana dapat dikerjakan dengan menggunakan metode pembekuan lambat dan vitrifikasi. Vitrifikasi merupakan salah satu metode alternatif simpan beku yang unggul dibandingkan pembekuan lambat karena dapat menyimpan jaringan tanpa terbentuknya kristal es dan tidak menimbulkan perubahan bermakna terhadap morfologi dan jumlah folikel.

Sebagai informasi, di seluruh dunia baru ada 11 kehamilan yang berasal dari indung telur yang dibekukan.

Di Klinik Yasmin Kencana, menurut dr Andon Hestiantoro SpOG, Kepala Klinik Yasmin Kencana RSCM, ada satu indung telur dari pasien kanker darah yang rencananya 2-3 bulan lagi siap ditanam kembali ke tubuh pasien.

Dr Budi Wiweko, atau yang biasa disapa dr Iko, mengungkaokan sebagai sebuah pusat pengembangan di bidang kesuburan, Klinik Yasmin Kencana memiliki konsep transplantasi ovarium dengan teknik cryopreservation (simpan beku), yaitu suatu teknik yang dapat membantu para pasangan suami istri yang ingin menjadwalkan dalam memiliki anak, dan bagi para wanita yang mengidap penyakir kanker dan kista yang sedang menjalani kemoterapi dan radioterapi guna melestarikan kesuburan mereka.

“Sel telur atau sperma yang telah disimpan, dapat digunakan oleh pasangan suami istri ketika mereka siap untuk memiliki keturunan,” ujar dr Iko.

Konsep transplantasi ovarium telah diperkenalkan sejak tahun 1906, namun transplantasi jaringan ovarium yang telah dipreservasi pertama kali dilaporkan pada tahun 2004.

“Teknik simpan beku indung telur ini merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan fungsi reproduksi, dan bagi wanita yang melakukan teknik ini memiliki 90% kemungkinan kehamilan.” lanjut dr. Iko.

Proses vitrifikasi dilakukan dengan membekukan cairan dengan sangat cepat (-1500 derajat Celcius/detik). Seluruh metabolisme sel terhenti dan sel pun akan terhindar dari resiko kerusakan folikel karena terlindungi oleh lapisan seperti kaca dan tidak ada kristal es yang terbentuk.

Sel yang dipilih adalah pada struktur jaringan dan pembuluh darah yang kompleks seperti ovarium. Metode vitrifikasi ini lebih murah & praktis  dibandingkan dengan pembekuan lambat.

Dalam kesempatan yang sama, dr Andon memberikan gambaran  biaya yang dibutuhkan untuk program bayi tabung mulai dari pemeriksaan hingga dinyatakan hamil mencapai Rp 30-40 juta. Namun sudah ada provider kartu kredit yang bersedia memfasilitasi hal ini sehingga pembayaran bisa dicicil.

Bagi yang berminat untuk membekukan indung telur, prosedur yang harus dijalani adalah pemeriksaan indung telur yang akan dibekukan. Setelah diperiksa, indung telur akan diangkat melalui prosedur yang hanya memakan waktu kurang dari dari 1 jam.

Penyimpanan jaringan ovarium mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan penyimpanan oosit dan embrio, yaitu:
1. Kortek ovarium manusia berisi banyak folikel primordial  dengan oosit  berhenti di diploten fase profase first meiotic division.
2. Penyimpanan krio jaringan ovarium dapat mempertahankan fungsi endokrin ovarium.
3. Jaringan ovarium dapat diambil kapan saja  saat dilakukan laparotomi atau laparoskopi tanpa tergantung siklus menstruasi.
4. Folikel primordial secara teoritis kurang bersifat kriosensitif dibandingkan oosit mature.

Tidak ada komentar: