BAB II
TINJAUAN TEORI
- Pengertian
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
Ketuban
Pecah Sebelum waktunya (KPSW) atau sering disebut juga dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) memeiliki beberapa definisi antara lain sebagai berikut.
KPD didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum watunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 3
minggu. KPD memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
(Rukiyah,
dkk. 2010)
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban
Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari
jalan lahir/ vagina sebelum proses persalinan.
Ketuban Pecah Prematur yaitu pecahnya membran khorio-amnioti sebelum onset
persalinan atau disebut juga Premature
Rupture of Membrane/
Prelabour Rupture of
Membrane (PROM)
Ketuban Pecah Premature pada
preterm yaitu pecahnya membrane chorio amnionti sebelum onset persalinan pada
usia kehamilan kurang
dari 37 minggu atau disebut juga Preterm
Premature Rupture of
Membrane/ Preterm Prelabour
Rupture of Membrane/ PPROM.
(Fadlun,
dkk. 2012)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak
terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri dalam
kaitannya dengan penyebabnya.
(Manuaba. 2008)
B. Etiologi Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya (KPSW)
Penyebab KPSW/ KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas sehingga
usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali
dalam usaha menekan infeksi. Faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya insidensi KPD adalah sebagai berikut.
- Fisiologi Selaput Amnion/ Ketuban
Yang Abnormal
- Inkompetensi Serviks
- Infeksi Vagina/ Serviks
- Kehamilan Ganda
- Polihidramnion
- Trauma
- Distensi Uteri
- Stress Maternal
- Stress Fetal
- Infeksi
- Serviks Yang Pendek
- Prosedur Medis
(Fadlun,
dkk. 2012)
Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal
terjadi pada selaput janin di atas serviks internal yang memicu robekan di lokasi
ini. Beberapa proses patologis termasuk perdarahan dan
infeksi dapat menyebabkan terjadinya KPD.
(Rukiyah, dkk. 2010)
Etiologi KPD/KPSW belum diketahui. Faktor predisposisinya adalah infeksi genitalia,
serviks inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.
(Masjoer. 2001)
C.
Predisposisi
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
Faktor pencetus tejadinya KPD/KPSW harus
diwaspadai jika adanya kehamilan multiple, riwayat persalinan preterm
sebelumnya. Tindakan sanggama: tidak berpengaruh kepada resiko, kecuali jika
hygiene buruk, predisposisi terhadap infeksi, predisposisi terhadap infeksi,
perdarahan pervaginam, bakteri dengan pH vagina diatas 4,5, serviks tipis,
flora vagina abnormal, kadar CRH (Corticotropin Releasing Homone) maternal tinggi
misal pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.
(Rukiyah, dkk. 2010)
D. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak dibawah, biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
untu sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
(Rukiyah,dkk. 2010)
E.
Diagnosa
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan
inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di
forniks posterior. jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak
membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi
Jika mungkin lakukan: test lakmus (test
nitrazin). Jika kertas lakmus
berwarna merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis).
Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Test pakis,
dengan meneteskan caian ketuban pada obyek gelas dan biarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun
pakis.
(Rukiyah, dkk. 2010)
1.
Secara
Klinik
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit utuk
dibuat anamnesis. Pada klien dengan keluarnya air seperti urine dengan
tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai bahwa hal tersebut mengarah ke
Ketuban Pecah Dini. Untuk menetukan betul tidaknya Ketuban Pecah Dini anda bisa
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Adanya cairan yang berisi mekonium
(kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus)
dimana bila telah terinfeksi akan tercium bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan
perhatikan pakah memang air ketuban Keluar dari kanalis servikalis pada bagian
yang sudah pecah atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior
c. USG: volume cairan amnion berkurang/
oligohidramnion
d. Terdapat infeksi genital (sistemik)
e. Gejala karioamnionitis
2.
Maternal
Demam (dan takikardia), uterine tenderness, cairan
amnion yang keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih)
meningkat, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urine
3.
Fetal
Takikardia,
kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
4.
Cairan
Amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan
kultur/ gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leucosit esterase (LEA), dan
sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis, maka angka mortalitas neonatal 4x lebih
besar, angka distres pernafasan, sepsis neonatal, dan perdarahan
intraventrikuler 3x lebih besar.
a.
Dilakukan
tes valsava, tes nitrazin, dan tes fern
Nilai normal pH cairan vagina adalah 4,5-5,5 dan
normal pH amnion adalah 7,0-7,5
b.
Dilakukan
uji kertas lakmus/ Tes nitrazin
Jadi biru (basa) : air ketuban
Jadi merah (asam) : urine
(Fadlun, dkk. 2012)
F.
Prognosis/
Komplikasi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
Komplikasi pada KPD/KPSW antara lain menyebabkan:
infeksi intrapartum (karioamnionitis) ascendens dari vagina intrauterine,
persalinan preterm, jika terjadi pada usia Kehamilan preterm, komplikasi pada
ibu mencakup peningkatan kejadian persalinan melalui bedah caesar (akibat
malpresentasi, prolaps tali pusat), infeksi intraamnion (15-30%) dan
endometritis pasca persalinan; gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang). Oligohidramnion,
bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
(Rukiyah, dkk. 2010)
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu
dan janin adalah sebagai berikut.
1.
Prognosis ibu
a.
Infeksi intrapartal/ dalam
persalinan.
b.
Infeksi puerperalis/ masa
nifas.
c.
Partus lama/ dry labour.
d.
Perdarahan postpartum.
e.
Meningkatkan tindakan operatif
obstetric (khususnya SC)
f.
Morbiditas dan mortalitas
maternal.
2.
Prognosis janin
a.
Prematuritas.
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan premature di antaranya
adalah respiratory distress syndrome, hipotermia, gangguan makanan neonatus,
retinopathy of prematurity, perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis,
gangguan otak (dan resiko cerebral
palsy), hiperbilirubinemia, anemia, sepsis.
b.
Prolap funiculli/ penurunan
tali pusat
c.
Hipoksia dan asfiksia sekunder
(kekurangan oksigen pada bayi).
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/ partus
lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intracranial,
gagal ginjal, distress pernapasan.
d.
Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantara terjadi hipoplasia paru,
Deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).
e. Morbiditas dan mortalitas perinatal.
(Fadlun, dkk. 2012)
Komplikasi yang timbul
akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi
maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya
persalinan normal.
1. Persalinan
Prematur
Setelah ketuban pecah
biasanya segera di susul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan
anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada
bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini prematur,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia
dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban
terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindrom
Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang
terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonar.
Penatalaksanaan Ketuban
Pecah Dini
a.
Pastikan diagnosis
b.
Tentukan umur kehamilan
c.
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
d.
Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarnya air
ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-kadang disertai
tanda-tanda lain dari persalinan. Diagnosis
Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum
uteri. Pemeriksaan pH
vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1
-7,3. Anti septik yang alkalin akan menaikan pH vagina.
Dengan pemeriksaan
ultrasound adanya Ketuban Pecah Dini dapat dikonfirmasikan dengan adanya
oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan
serviks. Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah
sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti
keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam
kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila Ketuban
Pecah Dini Pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Dini yang tidak
dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya
bergantung pada usia kehamilan.
(Prawirohardjo.
2009)
G. Mekanisme
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
(KPSW)
Ketuban pecah dalam
persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh
selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan
antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya KPSW/KPD adalah :
a.
Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
b.
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain rokok.
Degradasi kolagen dimediasi
oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaring
spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan
antara MMP dan TIMP – 1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks
ekstraselular dan membran janin. Aktifitas degradasi proteolitik ini meningkat
menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan
MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini.
Selaput ketuban sangat kuat
pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan
biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada
kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya
infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi
pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.
(Prawirohardjo. 2009)
Mekanisme KPD/KPSW adalah terjadi
pembukaan prematur serviks dan
membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi dan nekrosis serta
dapat diukur pecah spontan. Jaringan
ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang, melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim.
Masa interval sejak
ketuban sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin mudah kehamilan, makin
sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin. Oleh karena itu
komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
(Manuaba. 2008)
H. Penatalaksanaan Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya (KPSW)
1. KPD saat preterm (<37 minggu); insidensi
2-4 % dari kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. KPD <32
minggu. Tatalaksana mencakup: obat antibiotik untuk kltur serviovaginal (+),
pembatasan aktifitas, pemantauan infeksi, pemeriksaan janin secara regular,
pemeriksaan ultrasonografi (USG) secara teratur per 3-4 minggu, tes lakmus
(test nitrazin) lakmus mrah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan
ketuban (alkalis). KPD 32-34 minggu tatalaksana observasi mencakup pemberian
antibiotik untuk memperpanjang masa laten pengobatan kortikosteroid antenatal.
KPD > 34minggu: penenuan pematangan paru-paru.
2. KPD saat aterm (>37 minggu): insidensi
8-10 % dari kehamilan cukup bulan; tatalaksana KPD aterm: tidak ada kontra
indikasi terhadap tatalaksana observasi seperti gawat janin, perdarahan
pervaginam tanpa diketahui penyebabnya, proses melahirkan aktif,
karioamnionitis, segera induksi dengan atau tanpa pematangan serviks.
(Rukiyah, dkk. 2010)
Beberapa langkah dalam penatalaksaan Ketuban
Pecah Dini adalah sebagai berikut.
1.
Penatalaksaan Ketuban Pecah
Dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterine.
2.
Pada umumnya lebih baik untuk
membawa semua pasien dengan KPD ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang
berumur >37 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya untuk meminimalkan resiko infeksi intrauterine.
3.
Tindakan konservatif
(mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan dokter di antaranya dalam
pemberian antibiotic dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam),
tokolisis, pematangan paru, amnionfusi, epitelisasi (vitamin C dan trace
element, masih kontroversi), monitoring fetal dan maternal, tindakan aktif
(terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan SC atau partus pervaginam.
4.
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan
yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu
mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perwatan
intensif, kondisi,waktu, dan tempat perwatan, fasilitas/ kemampuan monitoring,
kondisi/ status imunologi ibu, dan kemampuan financial keluarga.
(Fadlun, dkk 2012)
Penanganan Secara Konservatif
Rawat dirumah sakit,
berikan antibiotik (ampisilin 4x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masi keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan
32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M. 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Penanganan Secara Aktif
Kehamilan > 37 minggu,
induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprostol 25 µg - 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan di akhiri.
a.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematang serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan
(Prawirohardjo. 2009)
Ketuban pecah dini pada
kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke
rumah sakit. Bila janin
hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien
dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi
bersujud. Kalau perlu kepala
janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva
dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik.
Bila ada demam atau
dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam,
berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta IU intra muscular dan
ampisilin 1 gr peroral. Bila pasien tidak tahan ampisilin, diberikan
eritromisin 1 gr peroral.
Bila keluarga pasien menolak dirujuk,
pasien disuruh istirahat dalam posisi berbaring miring, berikan antibiotick penisilin prokain 1,2 juta
IU intra muscular tiap 12 jam dan ampisilin 1 gr peroral diikuti 500 mg tiap 6 jam atau eritromisin dengan dosis yang sama.
Pada kehamilan kurang
dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah baring, diberikan
sedative berupa fenobarbital 3x30 mg.berikan antibiotik selama 5 hari dan
glukokortikosteroid, yaitu dexametason 3x5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis. Bila terjadi infeksi, akhiri
kehamilan.
Pada kehamilan 33-35
minggu, lakukan terapi konservatif
selama 24 jam lalu
induksi persalinan. Bila
terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his,
lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvik
kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari 5,
seksio secarea bila
ketuban kurang dari 5 jam dan skor pelvik kurang dari 5.
(Masjoer. 2001)
I.
Pencegahan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
Cairan ketuban dikatakan
kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Hal ini diketahui dari hasil
pemeriksaan USG, istilah medisnya oligodramnion. Ibu harus curiga jika ada
cairan yang keluar secara berlebihan atau sedikit tetapi terus menerus melalui
vagina, biasanya berbau agak anyir (amis), warnanya jernih dan tidak kental,
sangat mungkin itu adalah cairan yang keluar/ merembes karena ketuban mengalami robekan. Tanda lainnya adalah
gerakan janin lebih terasa sehingga perut ibu terasa nyeri.
Segera konsultasikan dengan
dokter/bidan untuk memastikan padakah itu cairan ketuban/bukan salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya ibu harus
berusaha menjaga kebersihannya agar tidak terkena infeksi jalan lahir.
Tidak
bisa memastikan apakah ketuban pecah sebelum waktunya bisa dicegah, namun hal -
hal berikut akan membantu ;
1. Hindari
perjalanan jauh yang melelahkan dan menimbulkan ketegangan fisik maupun mental
bagi ibu hamil
2.
Hindari makan-makanan yang bisa merangsang terjadinya kontraksi rahim, misalnya
minuman beralkohol kadar tinggi, makanan yang mengandung zat fermentasi
berlebihan
3.
Hindari
trauma atau benturan fisik pada daerah perut
4.
Pada ibu hamil kembar, kurangi aktifitas yang berlebihan, karena kehamilan
kembar sendiri sudah beresiko ketuban pecah sebelum waktunya akibat pereganagan
rahim.
5.
Jaga tubuh ibu hamil dari infeksi terutama infeksi pada daerah alat kelamin
6.
Hindari stress berlebihan yang akan merangsang hormon tubuh untuk
menimbulkan kontraaksi pada rahim
7. Lakukan
hubungan seksual secara hati - hati terutama pada kehamilan yang memasuki
trimester 2, hentikan hubungan seksual bila ketuban pecah.
(Vella. 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar